Jumat, 17 Maret 2017

Teori Akuntansi - Penalaran (Reasoning)

😰Penalaran (Reasoning)😰



Dalam memahami sebuah pernyataan, pertanyaan  bahkan memecahkan suatu masalah, sangat dibutuhkan skill yang mendasar baik dalam bentuk ilmu pengetahuan maupun penalaran. Dalam coretan blog ini akan sedikit berbicara mengenai “apa itu penalaran?”😨.
Penalaran sendiri merupakan proses dan cara berfikir secara logis dan sistematis guna menemukan suatu bentuk keyakinan terhadap suatu hal atau pernyataan. Terdapat struktur yang menghubungkan ketiga konsep penting dalam membentuk suatu penalaran yaitu asersi, keyakinan, dan argumen.
1.  Asersi (assertion), merupakan suatu pernyataan positif yang menegaskan dan membenarkan suatu realitas atau teori.
Contoh: Keaktifan mahasiswa berpegaruh terhadap penilaian mata kuliah Teori Akuntansi.
Asersi (pernyataan) dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a.     Asumsi (assumtion), berupa suatu pernyataan yang diyakini benar walaupun tanpa  adanya bukti.
b.  Hipotesis, merupakan suatu pernyataan yang belum diketahui kebenarannya  namun dapat diuji kebenarannya.
c.       Pernyataan Fakta, berupa pernyataan yang disertai bukti kebenaran yang sangat  kuat.

2.  Keyakinan (belief), yaitu bentuk keyakinan atau ketersediaan menerima bahwa pernyataan atau teori tersebut benar adanya. Dalam membentuk suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan, terdapat beberapa unsur yang perlu kita ketahui diantaranya yaitu:
a.  Keadabenaran, untuk mencapai sebuah keyakinan assersi harus dilandasi dengan kebenaran.
b.   Bukan dalam bentuk pendapat.
c.  Bertingkat, yaitu bentuk keyakinan bertingkat mulai dari meragukan sampai  sangat meyakinkan.
d.   Berbias, yaitu keyakinan dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti keinginan dan kepentingan pribadi.
e.   Bermuatan nilai, dalam suatu keyakinan terdapat nilai (value) mengenai penting- tidaknya keyainan tersebut dipegang dan dipertahankan.
f.  Berkekuatan, yaitu tingkat kepercayaan terhadap suatu asersi, apakah asersi tersebut kuat atau lemah.
g.    Veridikal, yaitu tingkat kesesuaian suatu keyakinan dengan realitas.
h.    Berketertempaan, mudah tidaknya suatu keyakinan diubah.

3.  Argumen (Argument), merupakan suatu pernyataan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan atas suatu pernyataan.
a.   Argumen Deduktif, yaitu suatu pernyataan yang diawali dengan pernyataan umum dan diakhiri dengan pernyataan khusus. Pernyataan ini terdiri dari tiga tahap yaitu: penentuan premis, proses deduksi, dan penarikan konklusi.
b.  Argumen Induktif, yaitu suatu pernyataan yang diawali dengan pernyataan khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.

Selain argumen deduktif dan induktif, terdapat pula argumen analogi dan argumen sebab-akibat. Dimana argumen analogi berperan sebagai alat untuk menjelaskan atau mengklarifikasi dan argumen sebab-akibat berperan untuk meyakinkan bahwa suatu masalah timbul karena masalah yang lain dengan kata lain dimana ada sebab pasti akan ada akibat.
Argumen timbul sebagai suatu pernyataan yang sering kali dianggap sebagai sesuatu yang negatif yang digunakan untuk membujuk atau meyakinkan orang lain. Banyak orang yang terkecoh atau mengecohkan suatu argumen.
Kecohan ini merupakan argumen yang dapat membujuk dan mempengaruhi meskipun dalam argumennya mengandung kesalahan atau bahkan menyesatkan. Kecohan dapat dilakukan dengan cara strategem.
Strategem yaitu meyakinkan orang lain tanpa menggunakan argumen yang valid. Cara ini berupa persuasi tak langsung, membidik orangnya, menyampingkan masalah pokok, misrepresentasi, imbuah cacah, imbuan autoritas, imbuan tradisi, dilema semu, dan imbuan emosi.
Salah Nalar (Reasoning Fallacy) merupakan kesalahan penyimpulan terhadap suatu pernyataan karena tidak didasari oleh penalaran yang valid. bentuk salah nalar berupa menegaskan konsekuen, menyangkal anteseden, pentaksaan, perampatan-lebih, persialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, dan pengambilan konklusi pasangan.
Aspek Manusia Dalam Penalaran, dalam menghadapi suatu pernyataan teori maupun realitas seringkali manusia menggunakan penalarannya untuk mencapai keyakinan terhadap hal-hal tersebut. Namun ada beberapa aspek yang dapat menghambat atau menghalangi penalaran dan pengembagan ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu:
a.    Penjelasan Sederhana, penjelasan yang cukup singkat atau sederhana membuat proses penalaran seseorang menjadi tidak kritis.
b.    Kepentingan Mengalahkan Nalar, kepentingan seringkali digunakan sebagai landasan dan memaksakan orang untuk memihak satu posisi dan mengambil keputusan meskipun posisi tersebut sangat lemah dari segi argumen.
c.    Sindroma Tes Klinis, suatu bentuk kesadaran yang ada dalam diri namun tidak diimbangi dengan suatu aksi.
d.   Mentalitas Djoko Tingkir, menyembuhnyikan apa yang sebenarnya valid dan memenagkan argumen yang sebenarnya lebah hanya demi melindungi atau menghormati oknum tertentu.
e.  Merasionalkan Daripada Menalar, lebih memilih merasionalkan sesuatu daripada harus menalar karena lebih membutuhkan ilmu pengetahuan yang cukup dalam.
f. Persistensi, dalam hal ini seseorang lebih memilih untuk tetap memagang teguh keyakinannya meskipun ada argumen lain yang lebih kuat bahwa keyakinan tersebut salah.

πŸ˜…πŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar